Sabtu, 19 Januari 2013

Time Is Money


Banyak orang yang mengatakan, bahwa orang yang sukses adalah orang yang displin dalam hidupnya. Baik itu displin dalam menjaga waktu, kerja, Lalu lintas, sampai disiplin dalam menunjang keperluan hidupnya. Tak kalah juga, banyak orang yang kurang disiplin dalam hidup ini. Lebih-lebih, tidak “tepat waktu” adalah penyakit  paling susah untuk disembuhkan setelah penyakit sifat “pemalas” yang telah menjamur dikalangan masyarakat jelata maupun tingkat penguasa.Hal ini terlihat di Negara berkembang, salah satunya Indonesia merupakan  Negara yang telah di akui “kurang displin” oleh Negara lain seperti  Jepang, China, dan Amerika.

Menurut Gerakan Disiplin Nasional (GDN 1996:29-30) menyatakan “disiplin adalah alat untuk menciptakan perilaku dan tata tertib manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat. Disiplin disini berarti hukuman atau sanksi yang berbobot mengatur dan mengendalikan perilaku” Robert E. Quin Cs dalam  buku Prawirosentono  mengatakan : “Discipline implies obedience and respect for the agreement between the firm and its employee. Discipline also involves sanction judiciously applied”  makna dari disiplin disini berlaku pada setiap organisasi, kelompok kerja, dan seluruh lapisan Individu maupun kelompok social, bahkan pada level disiplin pada diri sendiri yang telah mengikat oleh  Sanksi dan norma yang telah diterapkan.
Saat ini, kita sudah banyak terlena dengan urusan pekerjaan yang berkepanjangan, tanpa memikirkan bagaimana memanajement waktu dengan baik. Karena, disiplin adalah janin yang bernama “waktu”. Terlena dengan berbagai kegiatan yang memicu pada pembodohan pola pikir anak, seperti menghabiskan waktu di Stasiun Games, warnet, yang kerap sekali bisa melalaikan seseorang yang melupakan waktunya sendiri. Tak heran, jika pola buruk yang semakin marak di negeri ini karena ketidakdisplinan  akan menjadi ruang gerak “pembodohan terhadap bangsa sendiri”. Karena kita di cap sebagai Negara yang kurang disiplin.
 Habib Soleh mengatakan “Waktu adalah salah satu dimensi dalam hidup manusia. Karakternya, waktu senantiasa berpacu secara cepat, tanpa terasa, dan tiba-tiba menghujam. Tidaklah heran mengapa masyarakat Arab mengkiaskan cepatnya waktu dengan kilatan pedang menyambar. Agar dapat meresapi cara mengatur waktu yang baik agaknya kita perlu belajar dari seorang ksatria mengenai teknik memainkan sebilah pedang. Saya teringat kisah kepiawaian sahabat nabi, Khalid bin Walid dalam bermain pedang. Begitu piawainya ia sampai-sampai dijuluki Saifullah (pedang Allah)”
“Waktu” orang Aceh.
Pernahkan anda mendatangi sebuah acara di sebuah tempat, dengan mencantumkan Waktu dan Tempat di dalam Undangan? Kemudian ketika anda datang tepat waktu sesuai yang tertera di dalam undangan tersebut, tempat yang anda tuju masih sepi belum ada penghuni si pembuat acara?
Meja masih berantakan, Spanduk belum dipasang, bahkan ada pemateri nasional datang lebih awal, kemudian iya kembali pulang karena sudah terlalu lama menunggu. Saya rasa kasus ini tidak hanya terjadi di kalangan organisasi kampus saja, bahkan sampai pada level acara petinggi aparatur pemerintah.  Sehingga saya kerap kali mendengar istilah “ Maklum Watee Ureung Aceh, Peuget  acara poh delapan, Jak poh sikureng( maklum waktu orang aceh, buat acara jam delapan, maka  hadirnya jam Sembilan)” sungguh gelar yang sangat memalukan dan mencerminkan bahwa budaya displin orang aceh adalah indetik dengan “molor waktu”. Terkesan acara cepat selesai, hasil nol total. “Nyan keuh watee Ureung Aceh.” Itulah dinamakan waktu orang aceh.
Ironisnya, meskipun sudah banyak mendapatan teguran mengenai pentingnya “waktu”, tapi emplementasi dari teori pentingnya disiplin masih dinilai canggung di masyarakat aceh selama ini. Bahkan, banyak yang terjerumus dalam ruang waktu yang menuakan diri dengan berbagai aktivitas yang kurang bermamfaat seperti main Games,tanpa ada batas waktu. Karena ada istilah “orang yang sukses adalah orang yang menghargai seberapa penting waktu yang ia miliki.” Menjadi alternative dalam masalah ini adalah pendidikan disiplin itu harus dimulai sejak dini. Peran orang tua sangat penting dalam menyuburkan pola kedisiplinan anak. Agar generasi muda saat ini menjadi “disiplin” dalam segala hal.  Diibaratkan, majunya sebuah Negara juga di nilai dari  budaya disiplin yang begitu kuat.
Anda tentu pernah mendengar istilah "time is money" atau waktu adalah uang. Ini adalah istilah yang sangat populer di dunia barat yang pada umumnya sangat mengagungkan keberhasilan professional seperti pangkat, jabatan, popularitas ataupun kekayaan materi. Namun bagi para ahli kebijaksanaan, mereka mengibaratkan waktu adalah pedang. Waktu ibarat pedang yang akan siap menebas siapa saja yang tidak dapat memanfaatkannya dalam kebaikan dan kemuliaan.
Waktu memiliki keunikan selalu bergerak maju dan tidak pernah mundur sedetikpun. Waktu tidak bisa diulang dan akan selalu meninggalkan setiap orang yang melalaikannya. Waktu akan selalu meninggalkan mereka yang tidak mengelolanya dengan cerdas untuk kehidupannya. Begitulah tutur para ahli bijaksana.







Tidak ada komentar: