Oleh:
Siti Aminah
‘Iqra’ (bacalah) denqan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
Menciptakan manusia dari segumpal darah. Iqra’ (bacalah), dan Tuhanmu lah yang
Paling Pemurah, sang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
Mengajarkan kepada manusia apa sang tidak diketahuinya. (Q. Al ‘Alaq: 1-5)
Rasululllah SAW sebelum menerima wahyu, Ia belum mengenal baca dan tulis.
Sedangkan Rasul diperintahkan oleh Allah melalui malaikat Jibril untuk
memperbaiki ahklak manusia. Namun, Rasulullah
mempertanyakan kepada jibril, bagaimana mungkin Ia bisa melakukan titah
tersebut sedangkan Ia tidak bisa membaca dan menulis ? Kemudian jibril membisikkan kepada Rasulullah
“Bacalah”. Di gua Hiralah wahyu Allah SWT pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw, yaitu firman Allah yang diawali dengan perintah untuk membaca
(iqra’ bacalah).
Bacalah agar dirimu mulia merupakan pesan dari langit kepada seluruh
ummat manusia yang telah diciptakan akal dan pikiran. Akal adalah pembeda
manusia dengan binatang. Seumpama binatang diberikan akal, pasti mereka juga
diperintahkan untuk membaca agar tidak tersesat dihutan belantara. Manusia
adalah karya terbesar Tuhan diseluruh alam. Mahakarya Allah tidak bisa jangkau
oleh seorang manusia. “Andai seluas
gunung, langit dan bumi, maka tidak akan pernah habis kau tulis tentang
kekuasaan Allah” begitu perumpaan bagi orang-orang yang menuntut ilmu.
Selain manusia adalah mahkluk yang paling sempurna diciptakan, maka manusia
harus menggunakan akalnya untuk mencapai Ridha Ilahi, pencapaian itu takkan
terwujud tanpa ada pembekalan ilmu pengetahuan. Yang menjadi masalah adalah
sudahkah kita tingkatkan budaya membaca?
Biasanya, orang yang malas dan enggan mencari ilmu pengetahuan sering
kali dihadapkan dengan masalah-masalah besar namun belum menemukan solusinya
baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kemalasan tersebut mendorong
seseorang yang mau hidup apa adanya
bukan apa-apanya. Padahal sudah jelas bahwa “Allah akan meninggikan derajat
bagi orang-orang yang beriman diantara
kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat.(QS
Al-Mujadalah:11).
Malas membaca akan menjadikan pikiran seseorang menjadi “Error” artinya
miskin akan ilmu pengetahuan sehingga melahirkan tindakan yang tidak diinginkan
seperti mencuri, memaki, dan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Tuhan. “dan
perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia, dan tiada yang memahaminya
kecuali orang-orang berilmu.(QS Al-Ankabut:43).
Selain itu, gejolak malas membaca juga mempengaruhi kesejahtraan ekonomi
rakyat. Pasalnya, mengukur sebuah negara yang maju maka lihatlah seberapa
banyak Universitasnya, untuk melihat kualitas Universitas maka lihatlah
perpustakaannya. Karena perpustakaan adalah sumber ilmu pengetahuan yang
mengajak mahasiswa mencintai dunia membaca. Untuk menjauhi error spanning seperti itu
maka kita perlu meningkatkan kualitas diri sebagai ummat manusia agar lebih
mencintai ilmu pengetahuan yang dilandaskan dengan keyakinan. Sehingga kualitas
diri bisa membentuk ESQ secara tepat.
Membaca adalah Solusi
“orang yang banyak membaca,
maka ia banyak tahu. Setelah tahu, maka akan mudah untuk mencapai sesuatu”.
Seperti pepatah mengatakan “ orang yang malas membaca, maka ia paling
dekat dengan kebodohan, kebodohan paling dekat dengan kemalasan. Kemalasan
paling dekat dengan kemiskinan”. Dari itu, membaca merupakan perintah khusus
kepada manusia untuk mendalami ilmu
pengetahuan.
Jika
kita bercermin kepada negara tetangga Malaysia, jepang, eropa dan china, jauh
lebih berkembang di bandingkan negara indonesia yang jumlah penduduknya
mencapai 241.973.879 juta jiwa. Kalau
indeks perkembangan membaca di Indonesia hanya 0,009, Sementara kita
melihat negara Jepang berindeks 156. Jangan salahkan orang Jepang kalau
mereka lebih cerdas dan maju dalam teknologi. Jangan heran kalau produk-produk
Jepang dapat menguasai pasar dunia, termasuk Indonesia. Dan jangan marah kalau
negara kita sering dikerjain oleh negara Malaysia. Itu karena
bangsa kita belum menunjukkan budaya yang peka terhadap ilmu pengetahuan.
Kasus
tersebut seharusnnya menuntut bangsa
Indonesia agar lebih peka terhadap dunia membaca. Dengan pengetahuan, kita bisa mengetahui dunia. Membaca
mengajarkan kita bagaimana mengetahui alam berproses, mengajarkan kita untuk
bisa berkembang menuju perbaikan yang baik. Melihat kondisi Indonesia masih
pada garis kemiskinan, maka membaca merupakan solusi tepat untuk mengatasi
kemiskinan tersebut.
Untuk
menuntaskan ketertinggalan bangsa ini dengan negara lain maka ada beberapa
solusi yang perlu dilakukan secara
bersama pertama meningkatkan budaya
membaca sekurang-kurang menyisakan waktu satu jam saja. Jika kegiatan membaca
lebih dari satu jam maka lebih baik. Kedua,
setiap wilayah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, bahkan sampai di desa harus ada
perpustakaannya. Hal ini agar mendorong masyarakat mencintai membaca melalui
ketersedian informasi yang sudah diberikan oleh pemerintah. Ketiga pendidikan orang tua lebih
diutamakan. Karena, untuk meningkatkan budaya baca harus dididik sejak usia
dini.
Seperti
halnya sebuah ungkapan Samual Smele
“Taburkanlah suatu pikiran, maka kamu akan menuai perbuatan. Taburkanlah
suatu perbuatan, maka kamu akan menuai kebiasaan. Taburkanlah suatu kebiasaan,
maka kamu akan menuai karakter. Taburkanlah suatu karakter, maka kamu akan
menuai takdir”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar