Siti
Aminah
Miris.
Menteri kesehatan RI Nafsiah Mboi,
menjalankan program pembagian kondom gratis kepada masyarakat. Meski pembagian
kondom hanya pada tempat tertentu saja,
tapi menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat banyak. Kebijakan Metkes
tersebut mengupayakan agar proses penularan HIV dan AIDS terutama di Indonesia
akan menurun. Faktanya, menurut laporan Metkes akhir-akhir ini peningkatan HIV
dan AIDS terus meningkat.
Bila
ditinjau secara positif, tentu kebijakan tersebut tidak ada salahnya. Karena,
banyaknya pergaulan dan seks bebas terutama di Indonesia sudah menjamur.
Kebebasan tersebut lebih didominasi oleh kalangan remaja yang berusia rata-rata
15-17 tahun. Melihat kondisi generasi muda yang kian lama semakin rapuh, apakah
pembagian kondom kepada kalangan remaja justru menjadi solusi yang menyesatkan?
Penyalahgunaan
“kebebasan” sering kali salah di artikan dalam kelompok remaja. Menurut data
Statistik Indonesia mengatakan bahwa 80
% remaja Indonesia sudah tidak perawan lagi. Hal tersebut disebabkan banyak
remaja yang terlibat menjadi pekerja seks komersial (PSK) dan responden
menyampaikan pernah melakukan seks selama pacaran. Dengan kasus tersebut, bisa
dikatakan generasi bangsa Indonesia berada dalam gerbang kerapuhan.
Ditambah
lagi dengan kasus peningkatan HIV dan AIDS dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Bila di telaah juga desebabkan oleh perlakuan seks bebas tingkat
remaja dan dewasa. Bila tidak menggunakan alat kontrasepsi, cenderung akan
mempercepat penularan HIV dan AIDS. Salah satu penggunaan kontrasepsi yang aman
salah satunya dengan memakai kondom. Kondom adalah perangkat penghalang yang paling
umum digunakan selama hubungan seksual untuk mengurangi kemungkinan kehamilan
dan penyebaran penyakit menular seksual. Seperti PMS,gonore,sifilis,dan HIV.
Kondom perlukah?
Bila kita melihat kondisi di atas,
maka pembagian kondom secara gratis dapat menyebakan beberapa permasalahan,
sesuai dengan cara pandang masyarakat banyak. Dampak negatif dari pembagian
alat kontrasepsi tersebut salah satunya merubah cara pandang masyaratkan
menjadi pendidikan yang cenderung mengajak remaja untuk melakukan seks pra
nikah. Apabila kondom yang dibagikan tersebut jatuh kepada orang yang belum
pernah memakainya. Tentu, mereka akan memandang bahwa seks bebas akan menjadi
culture bagi bangsa Indonesia. Padahal, tanpa di bagikan secara gratis banyak
remaja yang belum mengetahui dimana tempat penjualan kondom!.
Pembagian kondom secara gratis
dianggap perlu apa bila dibagikan kepada orang-orang yang tepat. Dalam konteks
kekinian sesuai dengan perkembangan zaman, tentu wabah tingkat Aborsi,
penularan HIV dan AIDS, IMS, di
Indonesia kian berkembang. Dari itu pembagian kondom di sangat perlu dikalangan
para elit seks bebas saja, di salon-salon, dan di tempat yang rentan seseorang
melakukan seks bebas. Pembagian kondom tersebut buka untuk semua kalangan
remaja. Terutama yang ada di sekolah-sekolah di berbagai daerah. Bila hal itu
terjadi, akan di kawatirkan adanya penyalahgunaan terhadap alat kontrasepsi
tersebut khususnya bagi kalangan remaja.
Benarkah pebagian kondom itu solusi
yang menyesatkan bagi kalangan remaja? Pada dasarnya, kehidupan di era modern ini kebebasan bukan lagi sesuatu yang mustahil
bagi kalangan itu sendiri. Kekawatiran
tersebut mewabah ketika pembagian itu tidak di khususkan kepada orang-orang
tertentu saja, bukan tambah menanggulagi penularan malah akan meliarkan seks
beresiko.
Ada beberapa solusi untuk tidak
terkena penyakit HIV dan AIDS.
A.
Abstain
Jangan melakukan seks sebelum
menikah. Terutama hubungan seks beresiko.
Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’: 32)
B.
Be faithful
Setialah
pada pasangan anda. Kalau dalam istilah trenya tidak perlu “gonta ganti
pasangan cukup satu saja” karena dapat menularkan berbagai penyakit.
C.
Condom
jika
hubungan seks tersebut adalah seks yang berisiko kehamilan atau penularan
penyakit, maka pakailah kondom. Agar tidak mudah tertular
D.
Drug
Jauhi
drug (obat-obatan terlarang), baik drug telan yang dapat menyebabkan gairah
seks meningkat seperti ekstasi, atau drug suntik yang menularkan langsung
penyakit dari alat suntiknya itu.
E.
Equipment
Jangan
bergantian atau berbagi menggunakan alat seperti jarum suntik atau alat potong
kuku, tato atau alat-alat lainnya yang dapat berhubungan dengan darah. Yang
terakhir adalah tetap memberikan E= education kepada kalangan masyarkat banyak.
Terutama pendidikan agama agar tidak semena-mena dalam melakukan seks bebas.
“Wahai
sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang sudah mampu untuk menikah,
maka segeralah menikah, karena nikah akan lebih menundukkan pandangan dan lebih
menjaga kehormatan.” (Muttafaqun alaihi)
Persoalan
pembagian kondom gratis bukan hanya sebagai tawaran yang menyesatkan, melainkan
bisa menambahnya peningkatan seks bebas di semua kalangan. Kebijakan metkes
harus benar-benar jeli untuk mengarahkan kemana saja kondom itu di bagikan?
Apakah pada kalangan sekelompok masyarakat yang sudah berstatus menikah, kepada
pekerja seks komersial (PSK) atau kepada remaja yang justru bisa memancing
hasrat keingin tahuan mereka terhadap benda tersebut.
Dalam masalah ini, peran keluarga juga sangat
berperan penting untuk menjaga pergaulan anak-anaknya. Agar tidak terjerumus
dalam pergaulan seks bebas yang telah menjamur di Negara tercinta ini. Semoga
generasi bangsa kedepan merupakan cerminan untuk bisa mengurahi pergaulan yang
berbudaya kebarat-baratan. Serta mendalami pendidikan agama islam, untuk
mencegah dari yang mungkar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar