Rabu, 23 Oktober 2013

Timphan Aceh Versul Lepat Gayo



Siti Aminah
Ada yang menarik di hari raya Idul Fitri 1433 H ini. Suasana mudik dari Banda Aceh menuju kota dingin berjalan dengan lancar-lancar saja. Meskipun rute perjalanan macet di hari meugang, tapi tidak ada tanda-tanda kecelakaan di sepanjang perjalanan. Apa sih yang membedakan lebaran di daerah tinggi gayo dengan kota Banda Aceh? Meskipun gayo juga termasuk warga Aceh secara umum, tapi lebih banyak menggunakan bahasa gayo dibandingkan dengan bahasa Aceh. Dalam adat istiadat, pola pikir, tradisi menikah, sampai tradisi lebaran akan memiliki khas tersendiri dengan kota-kota daerah lainnya.
Misalnya tradisi yang sangat terlihat ketika mempersiapkan kue lebaran yang akan disajikan kepada tamu-tamu yang hadir ke rumah masing-masing. Biasanya, Adat aceh asli akan memasak masakan tersendiri sesuai dengan tradisi masing-masing. Misalnya saja kota Meulaboh mereka akan memasak jernang,karah, dan lainnya sebagai tanda kekhasan makanan saat menjelang lebaran. Begitu juga kota lain, seperti Aceh selatan,Aceh Tamiang, Aceh Besar, dan seluruh kota yang ada di Aceh.
Di dataran Tinggi Gayo biasanya ada persaingan dalam membuat kue. Ada yang memperbanyak dengan membeli di pasar-pasar. Ada juga yang mengerahkan tenaga untuk membuat beberapa kue sebagai persiapan idul Fitri. Orang aceh asli tentu akan memilih Timphan Aceh sebagai kue pokok saat lebaran. Begitu juga dengan warga gayo, akan memilih lepat gayo sebagai menu utama yang siap disajikan kepada siapa saja.  Istilah timphan dan lepat adalah dua istilah yang mempunyai arti yang sama jika dikaidahkan dalam bahasa Indonesia. Sama-sama kue yang diracik dan dibungkus oleh daun pisang.
Ditengah-tengah keunikan beragam adat istiadat yang ada di Aceh, pasti orang jarang mendengar istilah lepat gayo atau timphan gayo. Selain ukurannya yang lebih besar dan warna yang mencolok  bila di bandingkan dengan timphan ala Aceh. Kedua jenis kue ini mempunyai kesamaan namun memiliki citra rasa yang berbeda.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa timphan Aceh adalah salah satu makanan tradisi aceh dengan beragam bentuk dan keunikannya. Ada jenis timphan aso kaya, srikaya, timphan gulung, dan jenis lainnya.
Lepat gayo adalah salah satu lepat yang hanya ada di dataran tinggi gayo.  Keunikan warna terlihat coklat tua dan ukurannya yang lebih besar dari timphan Aceh.  Cara pembuatannya juga memiliki kesamaan perbedaannya jika lepat gayo tepung di aduk dengan gula merah atau Aren. Dilihat dari segi ketahanan kue tersebut, lepat gayo bisa bertahan berbulan-bulan. Biasanya, orang gayo jika lepat tersebut tidak habis pada saat lebaran, maka akan di gantungkan dalam bara Api sebagai tanda bahwa kue tersebut sudah di panaskan kembali.
Sebenarnya, kedua jenis makanan khas aceh tersebut memiliki kesamaan dan kekhasan rasa tersendiri. Hanya saja banyak orang yang tidak mengenal lepat gayo. Bila ingin mencicipi citra rasa lepat gayo, hanya ada saat lebaran saja. Bahkan hampir di seluruh kedai atau pasar maupun tempat kuliner di gayo jarang yang menjual lepat gayo ini. Kebanyakan timphan Aceh yang di jual oleh kalangan banyak.



Tidak ada komentar: