Kamis, 05 Juni 2014

Gedung 'Fy Over'

Jakarta, Sabtu 24 Mei 2014
Tepatnya  pukul 12:36 wib setelah azan dzuhur, aku baru membaca pesan di handphoneku. “Mina, lagi free gak hari ini? Ikutan acara ngomeng (ngomong english) atau praktik speaking sama bule-bule yuk...pukul 14:00 wib di yayasan balita sehat” Pesan itu jelas tertulis dari mbak Nur Febrian Wardi selaku direktur YBS.

“Bule....?” Sudah lama rasanya aku tak  berbicara bahasa asing itu. tiba-tiba aku, langsung mempersiapkan diri dan berangkat menuju lokasi yang ingin ku tuju. Balasan pesan kedua aku menerima alamat lengkap “ Naik kopaja 57 arah Blok M, lalu naik 615  ke arah Antasari, Turunnya di bawah Flyover Antasari di mesjid atau SMP 250”
Waktuku sangat singkat. Kalau aku berangkat dengan bus, tentu  aku datang, mereka akan pulang. Akhirnya, aku memilih membawa motor ke Antasari. Perjalananku sedikit rumit, selain karena aku tak hafal nama tempat,  kemudian ini pengalaman perdanaku membawa motor di area Jakarta.

Targetku aku tak boleh telat. Setiap persimpangan, aku selalu bertanya kepada orang alamat yang kutuju. Dari semua jawaban, semua sama. “ Lurus, ketemu lampu merah tiga kali, belok kiri, lurus lagi, belok kanan, kemudian lurus” Jawaban yang sangat menyebalkan pikirku. Kuikuti sesuai dengan petunjuk arah di jalanan. Kadang, di kota besar aku tak percara dengan jawaban orang, sehingga aku harus bertanya berulang kali.
Tiba di Blok M, aku melihat Kopaja 615 melintang di hadapanku.  Aku tak bisa mengikuti bus tersebut, karena ia harus menunggu penumpang. Sedangkan waktu hampir jam dua siang. Akhirnya, aku memilih bertanya kepada satpam di pinggir jalan.

“Pak, gedung Flyover dimana ya?”
“ Hah...flyover? daerah mana neng?”
“ Antasari pak, SMP 250.”
“Oh...lurus saja neng, nanti ketemu lampu merah ketiga belok kiri. Kamu ambil yang bawah jembatan ya.” Jawabnya.
“ Memangnya, kalau naek jembatan kenapa pak?”
“Itu khusus jalan mobil, motor  gak  bisa masuk, nanti ditangkap pak polisi” Tegasnya.
Sambil tersenyum, aku meninggalkan satpam dan melaju kencang mencari gedung  flyover. Kupandangi gedung disisi kiri dan kanan, namun aku belum juga menemukan nama ‘flyover’ dibangunan yang menjulang tinggi di kawasan Antasari tersebut.
Pilihan terakhir patokankanku adalah Mesjid. Di mana ada mesjid di sana aku berhenti. Tibalah di Mesji Al-Ihklas. Kubaca alamat yang tertera di handphoneku berulang kali.
“Mesjid atau SMP 250” Aku hanya melihat Mesjid di sebelah kananku, tapi smp 250 itu tak tampak di mataku.
Setelah ku menghubungi mbak Febri, ia mengatakan di  mesjid An-nur di perempatan lampu merah, ada tulisan angka 38. Akhir aku memutar balik. Ku parkir motorku di depan kantin mini. Ada tiga orang lelaki separuh abad duduk di sana.

“ Pak, gedung Flyover yang di atasnya angka 38 di mana ya pak?”
Tampak bengong di wajah mereka. Flyover? Angka? Aku heran, padahal ini sudah sesuai alamat, mengapa mereka malah kebingungan menjelaskan tempat tersebut.
Kemudian aku menunjukkan di atas jembatan.
“Pak, katanya di atas jembatan gedungnya.”
“Di atas jembatan ini hanya ada jalan, manusianya juga gak ada neng.” Jawab lelaki berkulit saoh matang tersebut kepadaku.
“ Kalau saya naik ke atas lewat mana ya pak? Kata teman saya acaranya di atas itu”
Tawa dari ketiga lelaki tua itu menggelitik di telingaku.
Saat aku mengatakan smp 250, baru mereka menujukkan arah lorong sebelah kiri dari perempatan tersebut. Sekilas aku melihat angka 38 di tembok jembatan. Apa itu maksud flyover 38? Dari pada kesasar, aku menelpon mbak Febri, tiba-tiba aku sudah melihat mbak Febri dihadapanku. Aku tersenyum, syukur aku tiba di YBS dengan selamat.
***
Saat memasuki YBS, aku disambut oleh beberapa bule berhidung mancung, tinggi, dan berambut pirang. Mereka adalah Chris, Polly dan Marti. Selain itu ada peserta dampingan yang terlihat semangat mengikuti kursus speaking tersebut.
Ini juga pengalaman pertamaku ngomeng sama bule-bule. Awalnya sempat merasa minder, karena aku melihat teman-teman yang sudah tiba di sana, tampak wajah-wajah orang mahir bahasa Inggris. Entah karena aku merasa Jakarta adalah tempat orang-orang hebat, sehingga aku malu mengekpresikan bahasa Inggrisku di hadapan mereka.

Nothing not impossible” Itulah mantraku sebelum bicara. Aku ngoceh ajah, meskipun mereka tak faham dengan kalimatku yang penting judul kali ini ya ngomeng aja. Di sini kami bercerita tentang  Tranportation, fotograph, and culture. Kami membentuk tiga kelompok. Masing-masing kelompok di bimbing oleh Chris, Marti, dan Polly. Biasa, dalam public speaking semua peserta harus memberikan opininya terkait pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator. Contoh pertanyaan yang kuingat adalah “ Do you like go to Musuem or Cafe?” Kemudian peserta menjawab dengan persepsi masing-masing.
Ngomeng tak hanya memperkaya vocabulary seseorang. Di sini juga melatih mentalitas seseorang untuk  percaya diri dalam berbahasa Inggris. Pertemuan ini sangat luar biasa, tak hanya mendapatkan pengalaman baru, teman baru, aku sendiri mendapatkan semangat baru sepulang dari kursus ini. Semangat belajarku semakin bertambah. Apalagi melihat potensi peserta hampir semua aktif dalam berbahasa Inggris. Setelah dikoreksi, ternyata ada juga yang mahir dalam tujuh bahasa. Bahasa spayol, Jerman, Turki, China, Inggris, Jepang, ah entah negara mana lagi aku lupa. Sempat terbesit di pikiranku, ‘Ini anak makan nasi atau batu ya?’ Pikirku. Sedangkan aku hanya sedikit-sedikit, entah apalah arti sedikit itu dalam bahasa inggris just a little-litle. Minimal aku mendapatkan istilah baru, Flyover itu jembatan. Bukan bangunan yang tertulis angka 38 seperti yang kubayangkan.
 Semoga aku masih bisa mengikuti pertemuan selanjutnya. I love Ngomeng J




Tidak ada komentar: