Jakarta,
Sabtu 24 Mei 2014
Tepatnya
pukul 12:36 wib setelah azan dzuhur, aku
baru membaca pesan di handphoneku. “Mina, lagi free gak hari ini? Ikutan acara
ngomeng (ngomong english) atau praktik speaking sama bule-bule yuk...pukul
14:00 wib di yayasan balita sehat” Pesan itu jelas tertulis dari mbak Nur
Febrian Wardi selaku direktur YBS.
“Bule....?”
Sudah lama rasanya aku tak berbicara
bahasa asing itu. tiba-tiba aku, langsung mempersiapkan diri dan berangkat
menuju lokasi yang ingin ku tuju. Balasan pesan kedua aku menerima alamat
lengkap “ Naik kopaja 57 arah Blok M, lalu naik 615 ke arah Antasari, Turunnya di bawah Flyover
Antasari di mesjid atau SMP 250”
Waktuku
sangat singkat. Kalau aku berangkat dengan bus, tentu aku datang, mereka akan pulang. Akhirnya, aku
memilih membawa motor ke Antasari. Perjalananku sedikit rumit, selain karena
aku tak hafal nama tempat, kemudian ini
pengalaman perdanaku membawa motor di area Jakarta.
Tiba
di Blok M, aku melihat Kopaja 615 melintang di hadapanku. Aku tak bisa mengikuti bus tersebut, karena
ia harus menunggu penumpang. Sedangkan waktu hampir jam dua siang. Akhirnya,
aku memilih bertanya kepada satpam di pinggir jalan.
“Pak,
gedung Flyover dimana ya?”
“
Hah...flyover? daerah mana neng?”
“
Antasari pak, SMP 250.”
“Oh...lurus
saja neng, nanti ketemu lampu merah ketiga belok kiri. Kamu ambil yang bawah
jembatan ya.” Jawabnya.
“
Memangnya, kalau naek jembatan kenapa pak?”
“Itu
khusus jalan mobil, motor gak bisa masuk, nanti ditangkap pak polisi”
Tegasnya.
Sambil
tersenyum, aku meninggalkan satpam dan melaju kencang mencari gedung flyover. Kupandangi gedung disisi kiri dan
kanan, namun aku belum juga menemukan nama ‘flyover’ dibangunan yang menjulang
tinggi di kawasan Antasari tersebut.
Pilihan
terakhir patokankanku adalah Mesjid. Di mana ada mesjid di sana aku berhenti.
Tibalah di Mesji Al-Ihklas. Kubaca alamat yang tertera di handphoneku berulang
kali.
“Mesjid
atau SMP 250” Aku hanya melihat Mesjid di sebelah kananku, tapi smp 250 itu tak
tampak di mataku.
Setelah
ku menghubungi mbak Febri, ia mengatakan di
mesjid An-nur di perempatan lampu merah, ada tulisan angka 38. Akhir aku
memutar balik. Ku parkir motorku di depan kantin mini. Ada tiga orang lelaki
separuh abad duduk di sana.
“
Pak, gedung Flyover yang di atasnya angka 38 di mana ya pak?”
Tampak
bengong di wajah mereka. Flyover? Angka? Aku heran, padahal ini sudah sesuai
alamat, mengapa mereka malah kebingungan menjelaskan tempat tersebut.
Kemudian
aku menunjukkan di atas jembatan.
“Pak,
katanya di atas jembatan gedungnya.”
“Di
atas jembatan ini hanya ada jalan, manusianya juga gak ada neng.” Jawab lelaki
berkulit saoh matang tersebut kepadaku.
“
Kalau saya naik ke atas lewat mana ya pak? Kata teman saya acaranya di atas
itu”
Tawa
dari ketiga lelaki tua itu menggelitik di telingaku.
Saat
aku mengatakan smp 250, baru mereka menujukkan arah lorong sebelah kiri dari
perempatan tersebut. Sekilas aku melihat angka 38 di tembok jembatan. Apa itu
maksud flyover 38? Dari pada kesasar, aku menelpon mbak Febri, tiba-tiba aku
sudah melihat mbak Febri dihadapanku. Aku tersenyum, syukur aku tiba di YBS
dengan selamat.
***
Saat
memasuki YBS, aku disambut oleh beberapa bule berhidung mancung, tinggi, dan
berambut pirang. Mereka adalah Chris, Polly dan Marti. Selain itu ada peserta
dampingan yang terlihat semangat mengikuti kursus speaking tersebut.
Ini
juga pengalaman pertamaku ngomeng sama bule-bule. Awalnya sempat merasa minder,
karena aku melihat teman-teman yang sudah tiba di sana, tampak wajah-wajah
orang mahir bahasa Inggris. Entah karena aku merasa Jakarta adalah tempat
orang-orang hebat, sehingga aku malu mengekpresikan bahasa Inggrisku di hadapan
mereka.
“Nothing not impossible” Itulah mantraku
sebelum bicara. Aku ngoceh ajah, meskipun mereka tak faham dengan kalimatku
yang penting judul kali ini ya ngomeng aja. Di sini kami bercerita tentang Tranportation,
fotograph, and culture. Kami membentuk tiga kelompok. Masing-masing
kelompok di bimbing oleh Chris, Marti,
dan Polly. Biasa, dalam public speaking semua peserta harus
memberikan opininya terkait pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator. Contoh
pertanyaan yang kuingat adalah “ Do you
like go to Musuem or Cafe?” Kemudian peserta menjawab dengan persepsi
masing-masing.
Ngomeng tak hanya memperkaya vocabulary seseorang. Di sini juga melatih mentalitas seseorang
untuk percaya diri dalam berbahasa
Inggris. Pertemuan ini sangat luar biasa, tak hanya mendapatkan pengalaman
baru, teman baru, aku sendiri mendapatkan semangat baru sepulang dari kursus
ini. Semangat belajarku semakin bertambah. Apalagi melihat potensi peserta
hampir semua aktif dalam berbahasa Inggris. Setelah dikoreksi, ternyata ada
juga yang mahir dalam tujuh bahasa. Bahasa spayol, Jerman, Turki, China,
Inggris, Jepang, ah entah negara mana lagi aku lupa. Sempat terbesit di
pikiranku, ‘Ini anak makan nasi atau batu ya?’ Pikirku. Sedangkan aku hanya
sedikit-sedikit, entah apalah arti sedikit itu dalam bahasa inggris just a little-litle. Minimal aku
mendapatkan istilah baru, Flyover itu jembatan. Bukan bangunan yang tertulis
angka 38 seperti yang kubayangkan.
Semoga aku masih bisa
mengikuti pertemuan selanjutnya. I love
Ngomeng J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar