Sabtu, 28 Desember 2013

Cemburu Sang Pembunuh Jiwa



Pernahkah Anda mendengar suami membunuh istri hanya gara-gara cemburu? Bukan hanya perlakuan diskriminatif yang muncul ketika cemburu sudah bergejolak dalam diri manusia. Namun, secara mentalitas juga sangat mempengaruhi. Akibat cemburu seseorang bisa melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Misalnya berani membunuh yang juga terimplikasi mengalami kerugian seumur hidup. Apalagi tindakan rasa cemburu bisa membuat orang terjebak dengan istilah “bunuh diri” karena ketidaksanggupan menahan rasa sakit hati.
Menurut psikolog Ratih Ibrahim, cemburu adalah bagian dari  rasa, perasaan –a feeling, not a taste- yang merupakan bagian dari emosi negatif pada manusia. Perasaan ini bersaudara sepupu dengan iri dan dengki, dan biasanya muncul lantaran ada rasa “tidak aman” atas kepemilikan relasional yang terusik. Cemburu bisa terjadi di antara kekasih, suami atau istri, saudara, atau teman terhadap yang lain.
Sebenarnya dampak cemburu itu ada yang mengarah kepada hal-hal yang negatif, ada juga positif. Cemburu yang membabi buta adalah kebiasaan mengikuti hawa nafsu marah, terlindung segala  kebenaran dan masing-masing mau menegakkan pendirian walaupun ternyata masih ada kesalahan. Cemburu ini bisa mengakibatkan sesuatu yang berdampak negatif terhadap pelaku si pecemburu tersebut. Di sisi lain, cemburu kerab ditandai dengan rasa kasing sayang. Beberapa pendapat mengatakan cemburu adalah tanda cinta. Tanpa cemburu mungkin seseorang tak mempunyai rasa kasih sayang lagi pada dirinya.
Cemburu Menurut Islam
Bagaimana sebenarnya Islam menanggapi persoalan rasa cemburu? Ketika Nabi Muhamad S.A.W diutus kepada umat manusia, Baginda mengisytiharkan bahwa perutusannya adalah untuk melengkapkan akhlak yang mulia. Baginda juga menghapuskan perilaku-perilaku hina dan meluruskan apa yang perlu diluruskan. Di antara sifat yang mendapat perhatian Baginda dalam membetulkan masyarakat Jahiliyah di tanah Arab ketika itu ialah sifat "cemburu" yang melampau. Sifat cemburu yang dimiliki oleh lelaki Arab Jahiliyyah terhadap kaum wanita berlaku sehingga mereka sanggup menguburkan anak puterinya hidup-hidup kerana khawatir nanti ia akan berbuat sesuatu perkara yang memalukan.
Cemburu dalam rumah tangga kerab sekali terjadi. Sehingga bisa mengakibatkan perceraian dan kerusakan lainnya. Padahal semua masalah bisa diperbincangkan dengan kesepakatan antara kedua belah pihak. Kecemburuan yang melampau seperti ini diharamkan oleh Allah Taala, tetapi dalam masa yang sama Allah turut melestarikan sifat cemburu dengan menjadikannya sebagai sebahagian dari cabang iman.
Nabi Daud A.S pernah berpesan kepada anaknya Sulaiman A.S, "Wahai anakku, jangan terlalu banyak cemburu kepada isterimu, jangan kamu lihat yang buruk-buruk sahaja. Ini kerana, sifat yang keterlaluan itu akan menyebabkan isterimu menjadi mangsa tuduhan yang melampau padahal dia bersih dari tuduhan tersebut" - Sunan Al Baihaqi 1/499

Namun, tanpa cemburu juga bahaya. Melalui cemburu, seseorang menunjukkan sikap ingin mempertahankan sesuatu seutuhnya, dijaga sepenuh pengawasannya. Tanpa cemburu juga maka tiada siapa yang akan ambil peduli dan terpanggil untuk rasa bertanggungjawab memperbaiki keadaan. Nabi SAW menganjurkan seseorang untuk mempunyai rasa cemburu. Cemburu yang dianjurkan tentu cemburu yang mempunyai qadar dan tidak berlebihan dalam memandang sebuah permasalahan. Cemburu yang disarankan yaitu cemburu yang tidak merugikan sehingga menimbulkan penyakit dalam jiwa manusia.
Cemburu Penyakit Jiwa
Menurut Mu’awiyah ditulis dalam bulettin Ad-dakwah Ciri cemburu buta yaitu: memonitor pasangan setiap waktu (kemana, dengan siapa, sedang apa), tidak mau mengakui kesalahan, tidak tenang, ingin selalu diajak ke mana pun dan kapan pun, kasar (sering marah, berteriak, memukul, merusak barang). 
Rasulullah bersabda: “Rasa cemburu ada yang disukai Allah dan ada pula yang tidak disukai-Nya. Kecemburuan yang disukai Allah adalah yang disertai alasan yang benar. Sedangkan yang dibenci ialah yang tidak disertai alasan yang benar (cemburu buta).” (HR. Abu Daud). 
Cemburu buta itu merugikan, menyiksa jiwa, merusak kehidupan rumah tangga, mendorong pelanggaran syariat, seperti banyak mengeluh, mencela, berprasangka buruk sehingga menuduh orang yang tidak bersalah, curiga terhadap sesuatu yang belum jelas dan pasti, rasa was-was yang berasal dari setan (QS. An-Naas:3-6),
Masalah-masalah di atas adalah cemburu yang diharamkan oleh Allah SWT. Kecemburuan tersebut hanya mengundang Syaitan untuk menjerumuskan manusia kedalam siksa-Nya. Ketika cemburu sudah mengelabui hati seseorang dan bertindak diluar syari’at Islam maka akan menambah penyakit dalam jiwa seseorang. Hal demikian sudah jelas dilarang oleh Allah dan Rasulullah SAW.
Bagaimana cara menghilang rasa cemburu yang berlebihan dan dapat menyebatkan hati berpenyakit? Pertama, orang yang berlebihan dalam mengepresikan sifat cemburu akibat kurangnya keimanan seseorang kepada Allah SWT, dari itu hendaklah kita meluruskan niat agar tidak terpancing dengan emosi berlebihan. Kedua, sebelum mengambil keputusan, hendaklah mendiskusikan segala sesuatu yang bisa menimbukan kecurigaan. Agar, perasangka tidak terjadi dalam sebuah hubungan. Ketiga, bersihkan jiwa dari cemburu buta, jauhi perilaku menyakiti hati pasangan, mengumpulkan pahala yang besar dalam bersabar mengendalikan cemburu, menjauhi pergaulan yang buruk, berprasangka baik (positif thinking).
Ada beberapa point penting mengenai cemburu menurut Mario Teguh jangan bangga kalau pasanganmu tak cemburuan, itu artinya ia tidak cinta. Cemburu adalah tanda bahwa cinta harus memiliki. Jika dia tidak penting bagimu, dan boleh diambil orang kapan pun, engkau tak mungkin merasa cemburu. Cemburu adalah tanda cinta yang sehat, yang tidak sehat adalah cemburu yang norak. Terlalu cemburu adalah tanda ketidak-stabilan jiwa, berhati-hatilah untuk dua-duanya. Cemburu itu tanda bahwa cintamu kuat. Tapi, pastikanlah dia pantas untuk kau cemburui.

Tidak ada komentar: