Apakah
Tuhanmu Mengecam Perbedaan?
Oleh: Mina
“Itu adalah pertatanyaan yang
diajukan oleh Anais kepada Omar. Karena, di dunia yang hiruk pikuk menajamkan
perbedaan, cinta sering kali terserak dalam kemustahilan, terlebih perbedaan
dalam keyakinan. Namun, iman adalah pergulatan nilai kemanusiaan trasendental
yang bersifat universal. Kisah mereka sendiri tak meratapi perbedaan”
Ini
adalah penggalan sinopsi buku “Pelangi Musim Semi” karya Rizki Affiat. Perempuan asal Jakarta ini baru meluncurkan buku perdananya
pada bulan Agustus 2013 lalu. Bukan hal mudah untuk menerbitkan novel, apalagi
persaingan di luar semakin ketat. Namun, Rizki telah melewati semua kesulitan
yang pernah Ia rasakan.
"Saya
mempersiapkan novel ini sejak usia saya masih 17 Tahun. Ketika saya masih
menmpunyai cita-cita ingin menjadi seorang politikus.” Kata Rizki saat membedah
bukunya di 3 IN 1 Lampineung Banda Aceh (30/11). Acara ini juga mengundang
Teuku Kemal Pasya seorang Antropolog dan Evi Zain pegiat HAM sebagai pembedah
buku “pelangi musim semi.”
Mengapa
harus Pelangi Musim Semi?
“
Pelangi melambangkan sebuah perbedaan. Namun perbedaan tersebut mempunyai satu
tujuan. Di sini, kita semua mempunyai keyakinan dan kepercayaan masing-masing.
Namun, kita tetap satu arah, satu tujuan, menuju sang Pencipta. Jadi, musim
semi adalah pertemuan pertama tokoh utama Anais dan Omar dalam novel ini” Ungkap Rizki kepada semua peserta yang
hadir.
Bukan
hanya itu, novel ini juga sangat mengispirasi pembaca. Selain membangun
spritualitas, novel ini mengarah kepada sebuah cerita yang mengandung politis,
filsafat, dan membangun idealis antar beberapa tokoh.
Rizki
juga telah sukses mengantarkan imajinasi pembaca untuk memasuki tempat-tempat
yang diceritakan dalam novel tersebut. Meskipun Ia tak pernah berkunjung ke
Palestina dan Amerika tapi Ia sudah melakukan research lokasi Harvard di negara
paman Sam itu.
“
Novel ini sangat bagus dibaca bagi semua kalangan, selain membangun hal yang
berkaitan dengan spritualitas dan kisah cinta romantis, namun Rizki juga telah
mengalahkan penulis best seller Habiburrahman Ar-Sirazy karena pendiskripsiannya sangat bagus dan
menantang” Ujar Teuku Kemal Pasya selaku Antropolog sekaligus penulis.“ Di sisi
lain, Rizki sudah berpihak kepada Palestina. karena dalam konten Novel ini
banyak menceritakan soal Palestina. Tapi tak apa, ini memang cocok untuk
orang-orang PKS ” Tambah Pasya menilai novel ini terlalu religius dan politis.
Evi
Zain pegiat HAM juga menilai novel “Pelangi Musim Semi” Ini merupakan sebuah hasil karya yang sangat
gemilang. Rizki mampu menarik perhatian pembaca dengan sinopsis yang pendek
namun bahasa yang disajikan sangat mendalam. Di sini, penulis tak ada menggurui
dari beberapa tokoh yang Ia bangun. Ia mampu mengurai kalimat dalam buaian
drama melakonlis menjadi plegmatis.
Jadi, pembaca tak pernah bosan untuk membaca setiap lembarannya.
“Dalam
keheningan, keduanya bersua. Membahasakan semua: tragedi jiwa,
kebahagiaan-kecuali cinta, yang selalu tercekat diantara tatap mereka” Ini
adalah kalimat terakhir sinopsis pelangi musin semi.
Novel
pelangi musim semi ini di terbitkan oleh bentang pustaka. Meskipun ini
adalah karya perdananya. Namun
selanjutnya juga akan terbit novel ke dua.“ Do,akan saja, agar novel ke dua
saya segera terbit lagi. Ini masih dalam proses editing” Kata Rizki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar