Minggu, 01 Desember 2013

Apakah Tuhanmu Mengecam Perbedaan?


Apakah Tuhanmu  Mengecam Perbedaan?
Oleh:  Mina

“Itu adalah pertatanyaan yang diajukan oleh Anais kepada Omar. Karena, di dunia yang hiruk pikuk menajamkan perbedaan, cinta sering kali terserak dalam kemustahilan, terlebih perbedaan dalam keyakinan. Namun, iman adalah pergulatan nilai kemanusiaan trasendental yang bersifat universal. Kisah mereka sendiri tak meratapi perbedaan”
Ini adalah penggalan sinopsi buku “Pelangi Musim Semi” karya Rizki Affiat.  Perempuan asal  Jakarta ini baru meluncurkan buku perdananya pada bulan Agustus 2013 lalu. Bukan hal mudah untuk menerbitkan novel, apalagi persaingan di luar semakin ketat. Namun, Rizki telah melewati semua kesulitan yang pernah Ia rasakan.
"Saya mempersiapkan novel ini sejak usia saya masih 17 Tahun. Ketika saya masih menmpunyai cita-cita ingin menjadi seorang politikus.” Kata Rizki saat membedah bukunya di 3 IN 1 Lampineung Banda Aceh (30/11). Acara ini juga mengundang Teuku Kemal Pasya seorang Antropolog dan Evi Zain pegiat HAM sebagai pembedah buku “pelangi musim semi.”
Mengapa harus Pelangi Musim Semi?
“ Pelangi melambangkan sebuah perbedaan. Namun perbedaan tersebut mempunyai satu tujuan. Di sini, kita semua mempunyai keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Namun, kita tetap satu arah, satu tujuan, menuju sang Pencipta. Jadi, musim semi adalah pertemuan pertama tokoh utama Anais dan Omar dalam novel ini”   Ungkap Rizki kepada semua peserta yang hadir.
Bukan hanya itu, novel ini juga sangat mengispirasi pembaca. Selain membangun spritualitas, novel ini mengarah kepada sebuah cerita yang mengandung politis, filsafat, dan membangun idealis antar beberapa tokoh.
Rizki juga telah sukses mengantarkan imajinasi pembaca untuk memasuki tempat-tempat yang diceritakan dalam novel tersebut. Meskipun Ia tak pernah berkunjung ke Palestina dan Amerika tapi Ia sudah melakukan research lokasi Harvard di negara paman Sam itu.
“ Novel ini sangat bagus dibaca bagi semua kalangan, selain membangun hal yang berkaitan dengan spritualitas dan kisah cinta romantis, namun Rizki juga telah mengalahkan penulis best seller Habiburrahman Ar-Sirazy  karena pendiskripsiannya sangat bagus dan menantang” Ujar Teuku Kemal Pasya selaku Antropolog sekaligus penulis.“ Di sisi lain, Rizki sudah berpihak kepada Palestina. karena dalam konten Novel ini banyak menceritakan soal Palestina. Tapi tak apa, ini memang cocok untuk orang-orang PKS ” Tambah Pasya menilai novel ini terlalu religius dan politis.
Evi Zain pegiat HAM juga menilai novel “Pelangi Musim Semi” Ini  merupakan sebuah hasil karya yang sangat gemilang. Rizki mampu menarik perhatian pembaca dengan sinopsis yang pendek namun bahasa yang disajikan sangat mendalam. Di sini, penulis tak ada menggurui dari beberapa tokoh yang Ia bangun. Ia mampu mengurai kalimat dalam buaian drama melakonlis menjadi plegmatis.  Jadi, pembaca tak pernah bosan untuk membaca setiap lembarannya.
“Dalam keheningan, keduanya bersua. Membahasakan semua: tragedi jiwa, kebahagiaan-kecuali cinta, yang selalu tercekat diantara tatap mereka” Ini adalah kalimat terakhir sinopsis pelangi musin semi.
Novel pelangi musim semi ini di terbitkan oleh bentang pustaka. Meskipun ini adalah  karya perdananya. Namun selanjutnya juga akan terbit novel ke dua.“ Do,akan saja, agar novel ke dua saya segera terbit lagi. Ini masih dalam proses editing” Kata Rizki.



Tidak ada komentar: